“Ketika kita sepakat menjalin cinta
Hari-hariku terasa begitu lama
Ketika kau jauh dariku
Kuharap cintamu seperti
Mentari pagi yang tak pernah
Berhenti bersinar
Dan juga seperti bulan yang selalu menemani
Bumi kemana pun ia berputar”
Puisi di atas menggambarkan perasaan setiap insan yang di mabuk asmara, tidak terkecuali Bea yang jatuh hati pada pandangan pertama kepada seorang pria yang dikenalkan oleh sahabatnya. Reon itulah nama cowok yang dikenalkan Dewi, teman Bea, kepadanya yang sejak saat itu Bea telah menaruh hati kepada Reon, di mana Bea selalu merindu-rindukan Reon.
Akhirnya sehari setelah pertemuan itu, Reon pun langsung berkunjung ke rumah Bea, yang waktu itu Reon pun merasakan hal yang seperti dirasakan Bea. Pukul 19.00 Reon telah stand by di depan rumah Bea. Diketuklah pintu rumah Bea.
Tok.. tok… tok…!!! “Iya sebentar!” jawabku dari dalam rumah. Ketika kubuka pintu, aku terbengong-bengong, mulutku melongo, badanku serasa kaku, jantungku pun berdegup dengan kencang hingga tak ada kata-kata yang dapat aku katakan.
”Hai …!!” sapa Reon. Aku tetap terbengong. Hingga akhirnya dia menyentuh bahuku sampai membuyarkan lamunanku.
”Oh…oh…iya…iya… mari masuk”, ajakku.
“Em … kamu masih inget aku?”, tanya Reon.
“Ya jelas aku masih inget kamu”, jawabku dengan sedikit nyengir.
Lalu , kulihat dia dari ujung kaki sampai kepala seakan tak percaya dengan semua itu. Dia datang dengan baju kemeja putih dan celana jeans yang membuat kulit putihnya tampak bersinar, dan lesung pipi di kedua pipinya ….. ohh …. membuat wajahnya yang imoet semakin imoet.
Kami pun terlibat dalam perbincangan serius tentang banyak hal sambil diiringi canda dan tawa di antara kami. Setelah berbincang –bincang, tak terasa waktu pun sudah pukul 21.00. Reon pun pamit untuk pulang.
“Em….udah malem , aku permisi pulang ya”, bisiknya dengan memberikan tangannya untuk berjabatan tangan.
”Iya, hati-hati”, kujabat tangannya yang putih dengan erat seakan tak ingin melepaskannya.
****
Hari demi hari berlalu, telepon dan sms romantis setiap hari dikirim Reon padaku hingga dia mengatakan cinta kepadaku. Suatu ketika melalui SMS romantis,
“Setelah aku mengenalmu Hidupku terasa berarti Setelah kau masuk dalam kehidupanku Terasa berat untuk tidak Memikirkan dirimu di setiap detik waktuku Kuingin kau isi hari-hariku Dengan semua senyummu Dan sejukkan hatiku
Dengan kasih sayangmu”.
“Maukah kau menjadi jantung hatiku
yang selalu ceriakan hari-hariku“
Dengan puisi yang dilantunkannya, tidak ada alasan buatku menolaknya. Selain itu juga, inilah saat-saat yang sudah kutunggu, seseorang yang aku rindu dan sejak dulu ingin kumiliki. Akhirnya, kami sepakat untuk menjalin hubungan (pacaran).
Hari-hariku terasa sangat bahagia karena Reon selalu mengirimkan sms romantis padaku yang membuatku diriku serasa terbang di udara. Reon selalu memuji dan memanjakan diriku. Setiap hari Reon berkunjung ke rumahku , kami jalan bareng, janji-janji manis banyak Reon sampaikan kepadaku.
*****
Satu bulan, dua bulan, hingga akhirnya bulan yang ke-3, terasa mulai ada perubahan pada diri Reon. Ia yang dahulu selalu telepon dan kirim sms romantis padaku, kini tak pernah lagi. Aku sempat berpikir apa yang terjadi padanya , dia seakan hilang ditelan bumi. Kucoba telepon dan sms Reon, namun tak jua ada balasan. “Oh ….Tuhan inikah cobaan untukku, mampukah aku jalani hidup ini tanpa Reon di sisiku, temani hari-hariku. Kuatkan aku Tuhan ..!!!” bisik hatiku.
Dengan kejadian ini hidupku terasa berat dan tak berarti, tiap hari slalu kutunggu kabar dari Reon. Hp-ku tak pernah kulepaskan dari pandangan mataku. Tapi apa daya diriku, ku hanya manusia biasa yang tak mampu berbuat apa-apa, yang hanya bisa menerima semua takdir ini. Aku pun harus jalani semua kehidupanku seperti dahulu sebelum aku mengenal Reon, yang dahulu harapan hidupku, namun kini dia yang menghancurkan mimpiku .
Empat bulan sudah reon tak ada kabar, hingga suatu ketika kudengar berita dari seorang teman lamaku yang menghubungiku lewat telepon. Layar Hp ku berkedip, gairah hidupku sedikit mulai kembali karna setelah berbulan-bulan Hp-ku tak ada yang menghubungi. Harapanku itu Reon, namun lemaslah tubuhku, pupus sudah harapanku, ketika kulihat nomor tak dikenal di layar hpku.
Ku angkat telepon itu.
“Hallo …..?? Siapa ini ?”
“Bea, loe masih ingat aku ga’ ?”, tanyanya di seberang. “Dewi !!”, jawabku antusias, teman lamaku yang mengenalkanku dengan Reon. “Wah apa kabar nich, udah lama kita gak ketemu“, tanya Dewi. “Iya bener, baek, kamu gimana ?”, tanyaku balik. “Baek juga kox, eh …kamu masih ingat gak sama Reon, cowok yang aku kenalkan dulu”. “Aku hanya terdiam lesu “. “Ehm……… dia mau nikah lho!!” “Apa …??”, seakan ku tak percaya.
Lenyaplah sudah semua harapanku yang ingin bertemu dan kembali menjalin hubungan dengan Reon. Ku tutup Hp-ku tanpa ucapan sedikit pun. Kulempar Hp-ku di atas ranjang. Aku hanya terduduk lesu dan lemas di bawah ranjang tidurku, dengan tetesan air mata di pipiku.
Suatu ketika tertulis dilayar Hp-ku 1 pesan, berharap dari Reon yang akan kembali kepadaku, untuk menjalani cinta seperti dahulu .
“Maaf…maaf…..maaf…, mungkin hanya kata itu yang pantas aku ucapkan untukmu, karna aku sadar telah melakukan kesalahan besar padamu. Aku akan menikah dengan gadis pilihan orang tuaku, dan kami akan segera pindah ke Paris setelah menikah“. Itu lah pesan dari Reon.
Lemas semua badanku, terjatuhlah aku ke lantai dengan bercucuran air mata, tak dapat ku berkata-kata lagi, inikah pesan terakhir yang diberikan Reon untukku. Di mana janji-janji manismu dulu? Di mana kesetiaan yang kau janjikan, janjimu yang slalu ada di sisiku ? Di manakah itu semua?? Jerit hatiku tak tertahan lagi.
Setelah kejadian itu, kujalani kehidupanku seperti dulu sebelum aku mengenl Reon, namun inilah takdir yang harus ku jalani.
“Tenyata cinta tidak harus memiliki,
Ketika kita memiliki seseorang yang kita sayang
Kitapun harus siap bila suatu saat orang yang
Kita sayangi pun harus pergi,
Itulah takdir, takdir yang harus dijalani
Bukan untuk ditangisi atau disesali”
Oleh : Cah Casper II