Pages - Menu

DUNIA PENDIDIKAN DALAM SISTEM PERSEKOLAHAN

Seorang bapak yang tidak pernah bersekolah bertanya kepada anaknya tentang arti sekolah. “Nak... apa sih sekolah itu?”, Anak pun menjawab dengan sangat jelas “Pak... sekolah itu harus berangkat pagi tidak boleh terlambat, tidak boleh pulang sebelum waktunya, harus berpakaian seragam, hari ini harus pakai seragam ini jagan itu, harus bersepatu ini jangan itu , harus berikat pinggang jangan ikat pinggang ini dan itu, baju harus dimasukkan jangan tidak dimasukkan seperti ini jangan seperti itu, pokoknya pak di sekolah itu kamu jangan begini kamu jangan begitu kamu harus begini harus begitu, kamu jangan bawa ini dan itu, kamu harus bawa ini dan itu, nah itulah pak yang aku tau tentang sekolah!” Bapaknya pun mengerutkan keningnya. :”hmmm....”. Dalam hati berpikir “itukah arti sekolah....?”Kemudian Bapaknya bertanya lagi. “Lalu apa yang paling paling kamu sukai di sekolah beserta teman-temanmu?” Anak pun menjawab dengan jelas. “Saya dan teman-teman akan merasa senang jika pulang lebih awal, karena para guru ada agenda rapat pada hari itu, dan yang paling menyenangkan lagi apabila besok libur. Begitu pak!” Sang Bapak sedikit menunduk sambil mengeleng-gelengkan kepala. “Ya sudah kalau begitu..., sekarang ayao bantu bapak ke sawah!” Kata sang Bapak. “Baiklah pak!” Jawab Anak.

Arti Pendidikan
Terlebih dahulu mari kita lihat sejenak apakah arti pendidikan? Pendidikan tidak akan berati apa-apa jika dasar kemanusiaan tidak dapat mengalami perkembangan baik pola pikir maupun prilaku. Pendidikan/tarbiyah berasal dari kata rabaa yarbuu riban wa rabwah yang berarti berkembang, tumbuh, dan subur. Dalam Al Quran, kata rabwah berarti bukit-bukit yang tanahnya subur untuk tanam-tanaman. (QS: Al Baqarah:265). Sedangkan kata riba mengandung makna yang sama. Lihat (QS: Ar Ruum:39). Dengan pengertian ini jelas bahwa mendidik atau rabba bukan berarti mengganti dan bukan pula berarti merubah melainkan menumbuhkan, mengembangkan dan menyuburkan, atau lebih tepat sifat-sifat dasar/fithrah seorang anak yang ada sejak awal diciptakan agar dapat tumbuh subur dan berkembang dengan baik. Jika tidak, maka fithrah yang ada dalam diri seseorang akan terkontaminasi oleh penyakit kronis dalam kehidupan itu sendiri.

Pedidikan dalam Sistem Persekolahan
Pendidikan kita dipahami dari dua sisi yaitu pendidikan dari sebuah produk (education as product) dan pendidikan sebagai sebuah proses (education as process). Dua sisi ini selalu berpengaruh dalam memahami dan melakukan kegiatan pendidikan dalam kehidupan nyata manusia. Tapi kita harus ingat bahwa proses pendidikan bukanlah memproduk suatu barang yang hasilnya sejenis (seragam). Pendidikan manusia dengan berbagai corak/karaktersitik atupun sifat-sifat dasar (fitrah) yang berbeda tidaklah mungkin dapat direduksi seperti besi untuk menghasilkan barang-barang satu jenis, Pendidikan manusia seperti halya tumbuhan yang dapat tumbuh dan bekembang namun tidak mengalami pergantian ataupun perubahan sifat dan karakteristik dasar, sebagai contoh dalam kebun ada tanaman cabai, tomat, anggur dan sebagainya, jenis tanaman tersebut walaupun dalam proses pertumbuhan yang sama namun akan menghasilkan produk yang berbeda cabai tetap terasa pedas, tomat akan terasa asam, dan anggur akan terasa manis. Sepertinya tidak akan mungkin cabai terasa manis, anggur terasa pedas, sulit bagi kita atau bahkan tidak mungkin untuk memproduk berbagai jenis tanaman namun dengan hasil (rasa) yang sama. Pendidikan sebagai sebuah produksi muncul dari keinginan manusia itu sendiri untuk menghasilkan sesuatu, baik yang konkrit maupun abstrak. Sehingga muncul di dunia pendidikan dalam sistem persekolahan untuk melakukan penilaian (evaluasi) sebagai hasil dari sebuah proses pendidikan, Sekolah bisa saja menjadi sebuah institusi yang membentuk anak atau sesorang menjadi kehilangan kepribadian (fitrah) dirinya. Hal itu mungkin disebabkan karena anak direduksi harus menjadi barang yang seragam, dan di sekolah mungkin juga anak didik diklasifikasikan menjadi anak yang pintar, bodoh, nakal, malas dan sebagainya. Dengan adanya itu anak yang mempunyai nilai buruk menjadi termarjinalisasi. Sedangkan anak yang mempunyai nilai baik menjadi kekuatan sistem kontrol dari sekolah yang membuat dirinya harus bisa memenuhi keinginan dari sistem sekolah yang dibangun bukan untuk menjadi manusia yang berkepribadian tapi menjadi representasi dari sekolah terbaik, kalau bukan unggulan atau sekolah berstandart nasional kalau bukan internasional. Upaya itu di lakukan dengan tatanan pendidikan yang menekankan pada sistem kontrol yang sangat ketat.